Beberapa hari ini ramai di beranda facebook saya soal cerita upaya kristenisasi di Kabupaten Bireuen.
Hal ini cukup meresahkan warga Aceh terutama yang berdomisili di Bireuen.
Apa lagi disebutkan ada salah satu warga yang dikabarkan telah berhasil dimurtadkan.
Setelah saya mencoba mencari informasi yang lebih jelas melalui internet, saya menemukan beberapa fakta yang akan saya paparkan dibawah ini.
Pertama, dari sebuah blog tuuba-islamiccenter.blogspot.com dipaparkan beberapa fakta, antara lain :
- Penyebutan nama masjid Al-Mubaroq, Geulanggang Teungoh, Bahkan teman saya yang berasal dari daerah tersebut juga belum pernah mendengar nama masjid tersebut. Kemudian penyebutan nama masjid dengan Al-Mubaroq (O) dimana biasanya jika warga Aceh menyebutnya dengan huruf (A) Al-Mubaraq. Menurut kami ada semacam keinginan dari pihak gereja untuk menjual nama daerah Aceh yang terkenal dengan serambi mekkah, Jadi dengan klaim ini mereka bisa mendapat donatur baru untuk kegiatan kerohanian gereja tersebut.
- Kejanggalan selanjutnya yang kami temukan yaitu dalam penulisan gelar di belakang nama, KH. Teuku Muhammad Saifullah. Masyarakat umum juga paham gelar KH itu adanya di daerah pulau jawa, Penyebutan KH jarang sekali di temukan di daerah Sumatera terutama padang, riau, medan apalagi Aceh. Dan juga penulisan gelar Teuku juga saya rasa agak aneh, mungkin si pendeta ingin mengklaim kalau orang yang berhasil dimurtadkan itu berasal dari pesantren (dayah) di Aceh. Padahal Teuku itu adalah gelar yang diberikan kepada raja atau keturunan ningrat di Aceh, sementara Tengku itu bermakna ustadz atau guru agama.
- Kejanggalan lagi ketika sang pendeta menulis PI Al-Qalam, Bireun. Yang dimaksud PI itu apa ya? Bahkan jika diartikan sebagai singkatan Pendidikan Islam Al-Qalam pun, nama PI Al-Qalam itu belum pernah ada yang dengar. Ini jelas bahwa sang pendeta kurang menguasai daerah dan sengaja membuat status facebook agar terkenal dan dicap sebagai pahlawan di gerejanya.
- selanjutnya pencatutan nama Masjid Darul Arqam juga saya nilai kurang tepat karena di Bireun itu tidak ada Masjid Darul Arqam yang ada bekas pesantren Darul Arqam, Bireun. Pesantren tersebut juga sudah tidak berfungsi karena pihak MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama) Aceh Bireun telah mengeluarkan fatwa haram terhadap penyebaran paham Darul Arqam di seluruh daerah Aceh.
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kita simpulkan dengan pasti bahwa berita tersebut adalah hoax atau berita bohong belaka.
Namun, tindakan "berani" dari oknum ini menggelitik rasa penasaran saya. saya mencoba menelisik lebih jauh halaman facebook sang penebar berita fitnah ini. dan saya melihat beberapa fakta yang menarik.
Dari akun FB tersebut saya menemukan akun Fb lain yang serupa yang menjadi temannya di FB.
Dan ada salah satu akun yang sudah dihapus dari FB.
Dari hasil intip akun-akun Fb ini, saya memeliki beberapa kesimpulan:
- Aksi yang dilancarkan oleh oknum ini bersama dengan rekan-rekannya adalah aksi misionaris terselubung yang tidak bertanggung jawab. hal ini terlihat dari klaim-klaim yang dilakukan oleh oknum tsb yang tidak memiliki referensi dan bukti jelas.
- Terlihat sekali oknum ini hanya ingin menyerang umat islam, terbukti dari nama-nama yang dipakai oleh orang-orang ini adalah nama-nama yang lazim bagi muslim, bahkan ada yang bernama Muhammad. mereka seolah ingin memberi kesan bahwa mereka adalah orang-orang yang terlahir sebagai muslim namun kemudian pindah ke agama kristen.
- Sebagian besar oknum misionaris ini, selain memakai nama yg lazim bagi muslim, mereka juga mengklaim sebagai seorang sarjana ilmu pendidikan islam, terlihat dari titel Sag yang disematkan dibelakang nama pada akun Fb mereka. hal ini dimaksudnya utk memberikan kesan lebih berat lagi, seolah walaupun mereka adalah pada ahli agama, mereka menemukan kebenaran pada agama kristen sehingga mereka murtad.
aksi-aksi provokatif yang dilancarkan oknum tidak bertanggung jawab ini dapat menjadi akar rusaknya kedamaian dan persatuan yang telah lama kita jaga bersama. untuk itu, ketika berhadapan dengan isu sensitif semacam ini kita harus mampu berpikiran jernih dan tidak terpancing emosi. ada baiknya mencari tahu dengan pasti terlebih dahulu mengenai kebenaran berita semacam ini agar tidak menjadi masalah bagi kita sendiri di kemudian hari.
No comments:
Post a Comment