Aku melihat kaki palsu ini tergeletak disudut sebuah tempat parkir truk di kota Nickelsdorf, yang bersebelahan dengan perbatasan Hungaria. tempat itu adalah titik awal para pengungsi saat mereka telah melewati perbatasan Austria.
Kebanyakan para pengungsi melintasi perbatasan disini dengan berjalan kaki dan akan bertemu dengan pihak berwenang dan palang merah Austria yang akan menyediakan makanan, obat-obatan dan pakaian bersih. Diantara pengungsi banyak yang menukar sepatu lama mereka dengan sepatu baru yang dibagikan oleh lembaga amal Austria. Setelah arus manusia dalam jumlah besar datang, banyak pakaian dan sepatu bekas yang dibuang dan berserakan di lahan parkir tersebut. tapi lain halnya dengan kaki palsu tersebut. Milik siapa kaki tiruan itu? apakah pemiliknya telah mendapat kaki tiruan yang baru yang diberikan oleh pihak berwenang disana? dan dimana pemiliknya sekarang?
- Bethany Bell
|
Dalam kondisi kelelahan dan sedang hamil besar, wanita ini baru saja melintasi perbatasan Kroasia - Hungaria di kota Beremend. Ia tidak sanggup berjalan lebih jauh lagi. petugas membawa tandu untuknya dan mendorong tandu tersebut melewati tanah tak bertuan.
Aku membayangkan bayi wanita tersebut akan lahir di Hungaria, menjadi anak Eropa. akan jadi apa anak itu di masa depan nantinya? apakah suatu hari nanti ia akan mendengar kisah epik perjalanan panjang pengungsi suriah di tahun 2015, untuk membangun kehidupan baru bagi mereka dan anak cucu mereka?
- Ben Brown
|
Orang-orang ini berjalan kaki melintasi sebuah padang terbuka dekat lokasi perlintasan perbatasan di Kota Sid, mengarahkan mereka dari Serbia Ke Kroasia. mereka terasuk gelombang pengungsi pertama yang menggunakan rute ini setelah Hungaria menutup perbatasan dengan Serbia sehari sebelumnya.
Pengemudi taksi menurunkan mereka disalah satu sisi padang tersebut dan menunjukan arah yang harus mereka tempuh, meski sebenarnya perbatasan resmi hanya beberapa ratus meter dari situ. Suasana hati para pengungsi tersebut sangat ceria, banyak diantara mereka yang meneriakkan "terima kasih Serbia!" saat mereka berjalan.
Kita bisa melihat pemuda di dalam foto ini sedang mengambil foto selfie. orang lain juga mengambil video sambil berjalan, mereka mencoba melngirimkan kabar pada keluarga mereka dirumah. aku tidak bisa bahasa arab, tapi sangat jelas mereka mengatakan: "Kami sudah di Serbia dan akan melintas ke Kroasia..." rasa lega terpancar dari wajah mereka.
Sejak saat itu, ada lebih dari sepuluh ribu pengungsi melewati rute tersebut.
- Guy De Launey
|
Aku mengambil foto saat matahari terbit di Kota Nickeldorf, kota di perbatasan Austria. Kami telah terjaga sepanjang malam mewawancarai pengungsi yang baru tiba.
Muhammad meratap saat menceritakan kapal yang mereka tumpangi tenggelam dan ia melihat bagaimana anaknya mengapung di lautan. anaknya terduduk di atas sebuah selimut, terlena oleh roti dan semangkuk sup hangat, sama sekali tidak mengingat bahwa beberapa hari yang lalu mereka hampir menjemput maut.
Seorang Dokter dari Aleppo mengatakan alasannya meninggalkan Suriah karena ia merasa tidak ada perkembangan di Suriah.
"Setelah hampir 5 tahun perang saudara, orang-orang mulai mengungsi karena mereka merasa sudah tidak ada lagi harapan di negara mereka." Kami menggigil dan lelah, namun kemudian, matahari terbit diatas tenda penampungan sementara, ratusan orang muncul dari dalam tenda dan dari bawah selimut dan mulai berjalan beriringan menuju bus yang disediakan. Bagiku foto ini mewakili perasaan banyak pengungsi dan migran asal Suriah tersebut tentang Eropa, tanah eropa adalah tanah yang memberi mereka harapan untuk masa depan yang cerah.
A doctor from Aleppo told me the reason he left Syria was because he couldn't see any light at the end of the tunnel.
"After almost five years of civil war, the reason so many are leaving now is because they ran out of hope."
We were all shivering and tired, and then, as the sun rose over the transit camp, hundreds of people emerged from inside tents and under blankets and started a determined march towards the buses. For me this photo represents how so many of the refugees and migrants feel about Europe - this is a place that offers them hope for a brighter future.
- Anna Holligan
|
Aku mengambil foto wanita muda yang sedang mengungsi ini. Ia terlihat menonjol dengan baju yang sangat mengena.
Pada awalnya Ia terlihat sedikit takut saat aku mencoba mendekatinya setelah kameramen saya, Bhas Solanki, melihatnya.
Ia sudah mengantri berjam-jam dan akhirnya berdiri dibarisan depan antrian ribuan manusia di pelabuhan Mytilini, Pulau Lesbos, Yunani. Tempat itu adalah pintu gerbang bagi para pengungsi untuk menuju Eropa dari Turki.
Ia takut karena mengira saya adalah pihak berwenang yang akan memindahkannya dari barisan depan antrian tersebut. dengan bantuan seorang warga suriah yang bisa berbahasa inggris, saya mencoba menjelaskan padanya relevansi kata-kata pada baju yang Ia kenakan.
Kami terus bermasalah soal bahasa, akhirnya saya hanya meminta suami wanita tersebut untuk sedikit menyingkap kerudungnya agar saya bisa mengambil foto. saya sangat suka ekspresi wajahnya di foto ini.
- Will Vernon
|
Aku melihat Dara duduk di pinggir jalan di kota Tovarnik, di perbatasan Kroasia.Ia adalah seorang manajer Bank dari Damaskus, Ia diminta untuk berbaris di antria yang diawasi oleh polisi anti huru-hara.
Dara telah duduk selama 12 jam bersama dengan pengungsi Lainnya, Menunggu Bus perbatasan Hungaria dengan sabar. Karena cuaca yang sangat panas, mencapai 36 derajat Celsius, ia harus membalut gagang kacamatanya dengan tisu karena kulitnya mulai terbakar oleh gagang metal kacamatanya. Bibirnya melepuh dan sakit karena dehidrasi parah.
Meski sedang menderita, ia tetaplah pria yang baik. Ia meyakinkan orang-orang di antrian tersebut bahwa semua akan baik-baik saja. Aku mendengar bagaimana ia meminta para pengungsi tersebut untuk tetap tenang dan positif.
Ia telah melakukan perjalanan sendirian selama sebulan untuk mencoba menemui kakaknya di Jerman, kakaknya telah memperoleh suaka di Jerman dari Suriah beberapa tahun yang lalu.
Beberapa hari kemudian aku dikirimkan foto (foto kanan) olehnya. Ia berhasil sampai di Kota Bonn, meski dalam keadaan demam. Ia masih tidak percaya ia berhasil bersatu lagi dengan kakaknya.
- Gavin Lee
|
Di perbatasan Serbia-Macedonia aku berdiri di puncak sebuah bukit bersama dengan rekanku, Tony Brown dan Tim Facey yang mengambil foto ini.
kami melihat ke lembah dibelakang kami dan melihat barisan ratusan pengungsi mulai mengular di jalur kecil itu. Pengungsi Berusia Muda dan kuat berada di barisan terdepan. keluarga yang memliki anak-anak mengikuti dibelakangnya. Agak tertinggal dibelakangnya ada orang-orang sakit dan lemah.
Diantaranya kami melihat seorang pria tegap, Azaat. Ia menggendong ibunya yang sudah tua, tanpa berhenti, tanpa mengeluh.
Aku telah melihat banyak momen menarik selama meliput kejadian ini, tapi aku tidak akan pernah lupa pria ini yang menolak meninggalkan Ibunya.
- James Reynolds
|
Lana, 5 tahun, telah meninggalkan rumahnya di Damaskus lebih dari dua tahun lalu. Ia menunggu di peron kereta yang penuh sesak di Stasiun Kereta Gevgelija di Macedonia, dekat perbatasan Yunani.
Lebih dari seribuan pengungsi dan pencari suaka duduk dibawah matahari terik. Hanya ada 3 kereta tiap harinya, tiap kereta hanya mampu menampung 100 orang, jadi hanya ada 3 kesempatan tiap harinya untuk sampai ke perbatasan Kroasia.
Gadis kecil ini sudah berada disana hampir 24 jam bersama ayah dan ibunya dan adiknya yang masih berumur 3 tahun, Bilal, yang sedang menderita karena suhu tinggi. Ia bermain di tempat itu dan membuat semua orang tersenyum.
- Bruno Boelpaep
|
Ini adalah foto kapal yang di pesan khusus untuk membawa 1700 pengungsi dari pulau Lesbos ke Athena, Yunani. Saat petang menjelang, jendela-jendela kapal pelan tapi pasti mulai terisi oleh pengungsi pria, wanita, dan anak-anak.Mereka semua tiba ke Pulau tersebut dengan perahu karet yang penuh pengungsi, melintasi lautan dari Turki, dan mereka semua ingin datang ke Eropa barat, Kebanyakan ingin ke Jerman.
Didekat kapal ada beberapa tenda yang digunakan oleh ribuan pengungsi yang tinggal di pelabuhan dan menunggu kapal berikutnya.
Tapi yang paling aku ingat adalah reaksi saat aku mengunggahnya ke sosial media. "Ejaannya salah" komentar seseorang tentang nama kapal tersebut. "Seharusnya bernama Tera rist." (memainkan kata "teroris") nama yang "sesuai dengan agenda sebagian penumpang" tulis komentar lain.
hal ini sangat mengejutkanku, aku bahkan tidak menyadari ada tulisan itu disisi kapal.
- Matthew Price
|
Seorang Ibu dan anaknya yang masih balita tiba di tenda penampungan sementara di Kota Opatovac, Kroasia sesaat setelah matahari terbenam pada Rabu 23 september. Meski mereka datang dengan bus, kebanyakan adalah keluarga dengan anak-anak yang masih kecil, mereka semua hanya bisa terdiam karena sangat kelelahan oleh perjalanan mereka yang sangat jauh.
- Ron Brown
|
Sebagai jurnalis televisi, aku telah banyak merekam kejadian-kejadian yang menyedihkan, saat pengungsi tertahan di perbatasan. atau saat mereka berlari mengejar kereta sambil menarik tangan anak-anak mereka yang menangis. Di setiap lokasi pengungsi yang aku datangi aku bisa merasakan kepiluan akan masa lalu dan ketakutan akan masa depan mereka yang tidak pasti.
Tapi ketika aku mengunjungi sebuah tenda penampungan sementara di Wina, aku melihat seorang pria yang sedang menyuapi anaknya dan ada hal yang menarik dari mereka. Mereka berpose dengan sangat senang untuk kami, dan kemudian sang ayah berkata: "anakku selamat."
- Abdujalil Abdurasulov
|
Aku bertemu Mourad (paling kanan, memakai kaus Las Vegas), Saudaranya, saidara iparnya, dan temannya dari komunitas Yazidi di Tenda Pengungsian di Bulgaria Timur di awal bulan Juni. Mereka telah berada disana selama sebulan setelah melintasi perbatasan Turki-Bulgaria Pada percobaan yang ke 7 dengan berjalan kaki 13-14 jam melintasi pegunungan dari Kota Edirne, Turki.
Mereka dari suku Kurdi dari Suriah yang melakukan perjalanan bersama keluarga mereka, termasuk tiga anak kecil. Di kelompok pengungsi ini ada Mahasiswa Teknik, Dokter gigi, dan seorang Guru Bahasa Inggris. Mereka ingin melanjutkan pendidikan mereka di negara manapun yang menerima mereka. - Nick Thorpe |
Bagi Noujain Mustaffa dan kakaknya Nasreen, perjalanan ini adalah tantangan yang sangat berat. ia melakukan perjalanan lebih dari 6000 km dari atas kursi rodanya karena menderita Cerebral Palsy sejak lahir. Ia sedang menunggu dengan kakaknya dan seorang teman di perbatasan Hungaria-Serbia ketika aku menemuinya.
Hungaria menutup perbatasannya, tidak ada jalan untuk melintasinya. Ribuan pengungsi tertahan dan tidak tahu harus menuju kemana. Orang-orang kelelahan, marah, dan putus asa. Tapi tidak demikian dengan Noujain. Ia berbicara tentang mimpinya yang ingin menjadi astronot dan bertemu dengan ratu inggris. Ia menjelaskannya dengan bahasa inggris yang nyaris sempurna yang ia pelajari dari menonton opera sabun amerika. Noujain tak pernah berhenti tersenyum. Selera humor dan sikap positifnya menyentuh banyak orang. "aku tidak akan membiarkan orang lain mendikteku," katanya. Minggu ini Noujain tiba dijerman dan mendapat suaka sebagai pengungsi. Prioritas awalnya adalah untuk mendapat perawatan medis, ia berharap untuk bisa berjalan.
- Fergal Keane
|
Sumber : bbc.com
No comments:
Post a Comment