Sunday, September 13, 2015

Apakah Biru yang Saya Lihat Sama Dengan Biru yang Anda Lihat?

Apakah Kita Melihat Warna yang Sama? Saya selalu penasaran akan hal itu. 
Apakah langit yang saya lihat dengan mata saya sama warnanya dengan yang anda lihat melalui mata anda? 
Jika seandainya diberi kesempatan mata kita bertukar tempat, ketika saya melihat warna langit, mungkinkah saya justru akan mengatakan bahwa langit itu hijau?



Rasa penasaran saya makin bertambah karena saya tahu bahwa ada orang-orang kurang beruntung didunia ini yang buta warna, mereka hanya dapat melihat warna-warna tertentu saja, atau bahkan hanya dapat melihat warna hitam dan putih.


Kebanyakan orang memiliki tiga fotoreseptor yang berbeda untuk menangkap cahaya berwarna.

Bayangkan saya dan anda, melihat matahari terbenam. Saat itu cakrawala diselimuti dengan warna api keemasan bercampur warna biru langit. "Warna yang indah," kata saya, dan Anda setuju.

Dan kemudian, dalam keheningan, saya khawatir. Saya bisa menunjuk ke langit dan mengatakan itu adalah biru, dan Anda akan setuju.

Tapi apakah Anda benar-benar melihat biru yang sama seperti yang saya lihat? Mungkin saja Anda baru belajar untuk menyebut apa yang Anda lihat tersebut dengan kata "biru", tetapi dalam pengalaman sebenarnya yang Anda lihat bukan warna yang sama seperti yang saya lihat yakni begitu hidup dan kaya.

Anda adalah seorang penipu, menyebut biru saya dengan nama yang sama seperti warna yang Anda lihat. Padahal Anda tidak benar-benar melihatnya sama seperti saya. Atau, bahkan lebih buruk, mungkin warna yang saya lihat lebih pucat ketimbang yang Anda lihat. Anda melihat warna yang jauh lebih kaya dan indah dari yang saya lihat.



Seberapa hijau warna lembah saya?
Penglihatan manusia dimulai dengan sensor di bagian belakang mata yang mengubah informasi cahaya menjadi sinyal listrik di otak. Ahli saraf menyebutnya fotoreseptor. Manusia memiliki beberapa di antaranya, dan kebanyakan orang memiliki tiga fotoreseptor yang berbeda untuk menangkap cahaya berwarna.

Fotoreseptor tersebut sensitif terhadap biru, hijau dan merah. Informasi tersebut dikombinasikan untuk memungkinkan manusia melihat berbagai macam warna. Sebagian besar pria buta warna memiliki kelemahan dalam fotoreseptornya untuk menangkap warna hijau, sehingga mereka kehilangan sensitivitas yang sesuai dengan nuansa hijau yang membantu untuk membedakannya.

Di lain pihak, beberapa orang sangat sensitif terhadap warna. Para ilmuwan menyebut fenomena ini tetrakromatik karena mampu melihat empat warna - bukan tiga. Burung dan reptil tergolong tetrakromatik, dan ini memungkinkan mereka untuk melihat ke dalam spektrum inframerah dan ultraviolet.

Manusia tetrakromatik tidak bisa melihat di luar spektrum cahaya yang tampak normal, tetapi memiliki fotoreseptor ekstra yang paling sensitif terhadap warna dalam skala antara merah dan hijau, sehingga mereka lebih sensitif terhadap semua warna untuk kisaran normal manusia.

Untuk orang-orang ini, orang-orang lain lah yang "buta warna", karena sebagian besar manusia tidak akan mampu untuk membedakan dengan mudah antara rumput hijau di musim panas dan hijau limau yang biasa ada di Spanyol. Sedangkan untuk seorang yang tetrakromatik itu akan tampak jelas.

Jadi ya, jika kita sama-sama melihat matahari terbenam, mungkin saya melihat sesuatu yang Anda tidak dapat melihat, atau Anda melihat sesuatu yang saya tidak bisa melihat.

Saya khawatir - dan mungkin Anda juga - bahwa meski kita memiliki saraf-saraf yang sama di mata kita dan kita sama-sama bisa melihat hijaunya pohon-pohon, warna merah di matahari dan biru langit, ketika saya mengatakan "biru", itu menciptakan sebuah pengalaman batin yang mungkin berbeda dari Anda ketika Anda mengatakan "biru".


Di balik mata biru
Kekhawatiran saya mengenai persepsi Anda dari warna biru adalah suatu aspek yang merupakan bagian dari kondisi manusia. Bahkan jika kita berpikir kita bisa benar-benar memahami orang lain, kita tidak bisa memastikan itu.

Secara historis, psikolog telah mengadopsi sikap yang disebut behaviorisme, yang bersikap seolah-olah pertanyaan tentang pengalaman batin tidak relevan.

Pendekatan ini menyatakan bahwa jika Anda menyebut warna yang saya anggap sebagai biru "biru", dan Anda selalu dapat memisahkan itu dari merah, dan jika kita berdua mengetahui itu adalah warna yang benar untuk langit, mata sebagian besar orang di Skandinavia, dan warna kulit tokoh Smurf, lalu siapa yang peduli mengenai pengalaman batin ?

Ada banyak perspektif mengenai ini, tapi mungkin ada juga beberapa ungkapan bijak dalam mencoba untuk meyakinkan kita bahwa perbedaan antara pengalaman batin kita adalah nyata, dan penting - dan, pada kenyataannya, bahwa beberapa perbedaan tidak bisa dihindari.

Kita menggunakan kata-kata yang sama, dan kita menggunakannya untuk merujuk pada pengalaman yang sama, tapi tidak ada orang yang bisa melihat matahari terbenam yang sama, karena persepsi adalah sesuatu yang unik.

Karena ada sesuatu yang rasanya hanya Anda yang paham, dan terdapat keunikan dalam diri Anda. Kita pastinya melihat hal yang berbeda ketika kita berbicara mengenai sesuatu berwarna biru, karena melihat juga menggabungkan perasaan dan kenangan, serta cahaya yang muncul di mata kita.

Bagaimanapun, matahari telah tenggelam dan mari kita bergegas pergi. Anda mungkin melihat warna biru yang lebih kaya saat matahari terbenam dibandingkan saya, tapi Anda tidak memiliki kenangan yang sama dari matahari terbenam yang saya miliki dan orang-orang yang menyaksikannya bersama dengan saya.

Kita bisa mengujinya dan berusaha mencari tahu siapa yang lebih baik mengenai persepsi warna, tapi kita tidak akan pernah tahu bagaimana rasa orang lain melihat warna tertentu.

Selama kita berdua bisa mengatakan bahwa itu adalah matahari terbenam yang indah, kita bisa sepakat dan yakin saya melihat biru saya, Anda melihat biru Anda, dan meskipun kita mungkin tidak melihat hal yang persis sama, kita telah berbagi momen indah tersebut. Dan hal yang kita bagi tersebut unik untuk Anda dan saya, karena tidak ada dua orang lain di dunia yang memiliki pikiran yang persis.
(BBC Indonesia)

Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/09/apakah-kita-melihat-warna-yang-sama



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...